Bagi pembaca yang suka nonton kartun pasti tak akan terlalu asing dengan
nama kinjiro. Bahkan intuisi kita juga akan mampu menebak darimana asal
usul tokoh kinjiro. Yes... bagi pembaca yang menebak kinjiro itu
berasal dari jepang maka penulis ucapkan selamat karena tebakan anda
benar. Tapi bagi yang tidak tahu juga tak apalah, sebab tulisan ini juga
bukan materi soal untuk ulangan harian. Kinjiro ternyata bukan sekedar
tokoh di dalam film kartun anak, tetapi ada makna penting yang tidak
disadari oleh orang tua. Makna dibalik ketokohan kinjiro menurut penulis
lebih baik daripada sekedar sinetron yang mengangkat tema cinta dan
kekerasan. Coba kita tengok sinetron yang menguasai layar kaca,
kebanyakan alur ceritanya TIDAK MENDIDIK generasi muda. Salah satu
contoh nyata dalam masalah ini adalah aksi siswa yang keterlaluan dan
tak punya etika kepada guru.
Meski hal itu ada di dalam sinetron tapi
mempengaruhi para penonton di rumah. Adegan melawan dan membantah
keinginan positif dari guru dianggap sesuatu yang wajar dan tidak
melanggar etika. Para siswa di dalam sinetron menganggap diri mereka
punya kedudukan yang sejajar dengan para pendidik. Bentuk kekurang
etisan perilaku di dalam sinetron juga diperagakan pada orang tua. Orang
tua dianggap sebagai teman biasa yang tak perlu terlalu dianggap
istimewa. Mereka tak segan segan untuk menyamai nada bicara orang tua,
bahkan biasanya lebih keras, pandangan mata melotot seperti setan, dan
sikap kurang ajar lainnya. Tahukah pembaca bahwa penyusun dan sutradara
sinetron yang TIDAK MENDIDIK itu TELAH MEMBUNUH dan menghancurkan etika
ketimuran yang selama ini kita junjung tinggi. Seharusnya kita bisa
belajar dari Jepang yang sangat menghormati peran guru di segala
tingkatan.
Konon di negeri matahari terbit ini, para siswanya dilatih
dan dibiasakan untuk memberi hormat secara total, baik selama masih
belajar maupun setelah dewasa. Di jepang, mereka lebih merasa berhutang
jasa kepada guru TK daripada guru SD. Rasa hormat yang tulus semakin
tinggi meskipun mereka telah menjadi pejabat tinggi. Orang jepang lebih
menghormati guru taman kanak kanak dibandingkan dengan rasa hormatnya
kepada dosen. Sementara kalau di negeri kita bertolak belakang dengan
apa yang terjadi di jepang. Terus mengapa penulis hubungkan dengan tokoh
kartun kinjiro? Karena dia telah menginspirasi dan memotivasi bangsa
jepang dalam belajar dan tak pernah menyerah. Kinjiro mengumpulkan
kunang kunang dalam botol untuk lampu belajar